Belajar BIPA di Bali, Yuklah Semangat Yang Militan (6)
![]() |
Bye-bye Bali, dari atas kapal fery ( Foto: Rike) |
Hari terakhir di bali tanggal 19 Desember tiba. Selesai sudah temu kangen
sama pantai di Bali. Belajar BIPA juga udah selesai. Pagi-pagi selesai mandi, gue pun langsung
siapin makanan di dapurnya Cozy Bobo untuk sarapan pagi di jalanan. Indomie
goreng siap diangkut dalam beberapa menit aja. Gue pun pamit untuk check out
pagi sama staf Cozy Bobo yang berjaga di pagi buta itu.
Lagi mesen Gocar ke terminal Ubung
tiba-tiba aja pihak bus Lorena telepon kalau gue harus ke terminal
Mengwi. Karena bus jadinya nunggu di terminal Mengwi. Eaaaa... pantesan sering
ada telepon masuk tak dikenal, ternyata itu dari pihak Lorena mungkin ya.
Syukurnya si bapak Gocar bisa paham keadaan gue saat itu. Pikir gue waktu itu pokonya
nyampe Jakarta dah, gimana kek caranya ngejar itu bus.
![]() |
Dari bus Lorena DPS-JKT, Bali, Indonesia ( Foto: Rike) |
![]() |
Dari bus Lorena DPS-JKT, Bali, Indonesia ( Foto: Rike) |
Alhamdulillah nyampe di terminal Mengwi gue tepat waktu. Busnya datang jam
07.00 pagi. Gue sempat duduk-duduk di bangku terminal dan ketemu seorang
perempuan bernama Mbak Nur. Diesye kerja di salah satu hotel besar mewah di
Denpasar. Kagak usah disebut tempatnya yak. Nah, jadi dia itu mau ke Malang
untuk mengurus keperluan surat nikahnya dengan calon suaminya yang juga kerja
di Denpasar. Diesye ini mengaku anak Manado-Jawa yang bekerja di Denpasar
karena ingin tahu rasanya kerja di Bali. Kakaknya bekerja di Kodam-nya Bali
tapi dia gak mau numpang tinggal sama kakaknya, karena gak enak hati sama
kakaknya yang kerja di Kodam itu. Akhirnya dia ngekos. Dan menurutnya ngekos
itu lebih terasa mandirinya ketimbang harus menumpang sama sodara. Eimm.. mbak
gue pun merasakan hal yang sama.
Dia juga cerita tentang kerjaan kantornya, dimana dia suka menemukan
tamu-tamu yang aneh yang menginap di hotelnya. Anehnya ini gini loh maksudnya,
jadi suatu kali datanglah tamu-tamu rombongan tour dari negara diluar Indonesia
yang kemudian menginap di hotel tempatnya bekerja di Denpasar. Tamu-tamu ini
sangat anggun dengan busana-busana yang modis tetapi kata dia yang bekerja di
bagian back office financenya, ternyata kalau pas makan pagi itu, hampir semua
makanan dimasukan ke dalam tas..eaaa.. kayaknya pernah sih melakukan itu
sesekali juga gue. Hehehe...
![]() |
Dari bus Lorena DPS-JKT, Bali, Indonesia ( Foto: Rike) |
![]() |
Dari bus Lorena DPS-JKT, Bali, Indonesia ( Foto: Rike) |
Tapi parahnya nih tamu-tamu kata dia, menginap selama 10 hari itu ternyata
berhasil menghabiskan stock persediaan hotel untuk 1 bulan lamanya. Jadi pas
check jurnal pengeluaran, kenapa semua stock habis ternyata setelah diusut itu
bersumber dari gaya ‘manja’-nya para tamu yang tidak mau berhemat. Yah, mungkin
merasa jadi raja ya di hotel. Sampai kata dia, itu tumpukan roti-roti dan kue-kue
dari makan pagi menumpuk di dalam kamar
hotel para tamu yang berdandan sangat modis bin anggun itu menginap. Sampai
bikin binggung orang house keeping. Segitunya kah mau disimpan sebanyak itu
roti dan kue dsb.
Mbak Nur cerita juga, disisi lain, malah ada orang-orang yang benar-benar
kaya yang menginap di tempatnya dan menyewa kamar paling mahal dengan pesanan
yang sangat sederhana. Salah satu tamu yang menyewa kamar suites mahal itu cuma
berpesan untuk setiap pagi disediakan di dalam kamar hotel kue klepon
kesukaannya. Ia tidak suka nasi atau roti-roti-an. Ada juga orang yang memesan
kamar mahalnya dan sehari-hari hanya bersandal jepit keluar masuk hotelnya. Dia
sendiri lebih respek pada orang-orang yang seperti ini. Menurut Mbak Nur, gak
kebanyakan gaya gitu loh. Ini yang biasa-biasa aja gayanya malah banyak
ya.hihihi...
![]() |
Dari bus Lorena DPS-JKT, Bali, Indonesia ( Foto: Rike) |
![]() |
Dari bus Lorena DPS-JKT, Bali, Indonesia ( Foto: Rike) |
Gue juga jadi ingat cerita salah seorang teman yang bekerja di hotel. Ada
serombongan tamunya yang makan malam di hotel mewah tempat dia bekerja. Menurut dia kalau lihat tampilan fisiknya
pasti kita gak menyangka, kalau mereka itu hobby makan banyak. Tubuhnya pada
langsing-langsing dan sebagian dari mereka malah bertubuh mirip model
peragawati kata temen gue ini yang bekerja di hotel di Jakarta ini.
Terus nih, setiap kali mereka kenyang makan, mereka ke kamar mandi untuk
memuntahkan semua isi makanan yang tadi udah masuk dan kembali lagi ke restoran
untuk mencoba makanan lain yang baru dan kembali lagi ke kamar mandi untuk
memuntahkan makanan lagi dan seterusnya. Menurut gue ini sih udah penyakit ya.
Kalau gak salah bulimia apa ya? Supaya tetep kurus dan tetep bisa makan banyak
jadi deh mereka memuntahkan semua makanan yang baru aja di makannya. Edan. Mana
enak begitu. Mau langsing kok gitu banget ya. Gue sekarang tambah percaya kalau
hotelier itu terdiri dari kata hotel+lier karena ...cyiiinn tamu hotel
aneh-aneh ya. Bikin lier! Halah. Gue kemudian berpisah dengan mbak Nur karena
bus gue berangkat duluan, kita saling mendoakan agar saling selamat sampai di
tujuan. Sempat juga tukeran WA. Bus pun melaju ke arah Tabanan. Sambil melihat
pemandangan sepanjang Tabanan, gue buka besek makan pagi gue, Indomie goreng.
![]() |
Dari bus Lorena DPS-JKT, Bali, Indonesia ( Foto: Rike) |
![]() |
Dari bus Lorena DPS-JKT, Bali, Indonesia ( Foto: Rike) |
![]() |
Dari bus Lorena DPS-JKT, Bali, Indonesia ( Foto: Rike) |
![]() |
Dari bus Lorena DPS-JKT, Bali, Indonesia ( Foto: Rike) |
![]() |
Dari bus Lorena DPS-JKT, Bali, Indonesia ( Foto: Rike) |
Ohya, kenapa gue memilih naik bus Lorena ketimbang naik pesawat yang lebih
cepet sampai ke Jakarta. Pertama, soal budget. Dimana di bulan Desember harga
pada naek Bro Sis. Dari harga biasa sekitara
500.000-800.000 melonjak jauh dua kali lipatnya. Yang gue mau tiket
pesawat itu udah diangka jutaan. Halah. Gue pun muter otak biar bisa berhemat.
Dan pilihan gue jatuh pada bus Lorena yang harganya murah meriah cintaku. Dan
yeah kedua nih, gue pengen nostalgia melintasi beberapa kota di pulau Bali dan
Jawa yang dulu pernah gue lewati. Baik ketika jalan bareng keluarga maupun pas
sama teman-teman study tour Jawa Bali Overland tahun 2000 atau pas ada kerjaan
di Situbondo tahun 2014 lalu. Gue juga kangen lewat bali barat yang cantik itu.
Pulau Bali bagian barat itu menurut gue paling cantiknya cantik dari Pulau
Bali. Kenapa? Soalnya gue bisa lihat dengan mata kepala sendiri kalau di Bali
bagian barat ini adalah lahan persawahan ketemu sama pantai dan dihiasi latar
belakang pegunungan atau bukit. Jadi antara hijau ketemu biru ketemu kuning
ketemu langit cerah, waduh lukisan banget dah kayaknya, tapi ini lukisannya
bukan pelukis biasa yang buat. Jadi bisa dibayangkan itu pemandangan di Bali
bagian barat itu cuantiknya kayak apa.
![]() |
Dari bus Lorena DPS-JKT, Bali, Indonesia ( Foto: Rike) |
![]() |
Dari bus Lorena DPS-JKT, Bali, Indonesia ( Foto: Rike) |
Tapi seperti kata Richo, si travel blogger itu waktu kita ngobrol
malam-malam bareng teman-teman lain di Cozy Bobo. Pulau Bali itu kalau pagi
sampai siang cuantiknya luar biasa, tapi kalau udah masuk waktu malam Pulau
Bali seperti bisa menampakan wajah yang berbeda. Ada perasaan ngeri yang tak
biasa di beberapa tempat, kayak di salah satu resort/hotel terbengkalai yang
ada di salah satu sisi pulau menurut Richo dan teman lain agak spooky. Hodoh.
Dan ada juga beberapa tempat yang agak sunyi walau beberapa wisatawan asing
senang tinggal di tempat-tempat kayak gitu, tapi gue juga gak akan segila
itulah nekad tinggal sendirian di kesunyian gak ketemu orang. Yang ada, kalau
tengah malam ada yang ketuk-ketuk asalamualaikum dengan suara berat gimana? Kalau
itu tukang sekoteng sih mantep kalau kakinya gak napak gimana???...Heeeyaaa...
banget kan. Gue mah mending cari tempat yang ramean dikit dah. Kalau kena apa
apa kan bisa minta tolong.
![]() |
Dari bus Lorena DPS-JKT, Bali, Indonesia ( Foto: Rike) |
Nah, gitu juga pas lewat Djembrana. Dari dulu gue suka Djembrana. Apalagi
pas lewat sini di tahun 2000. Gue jatuh cinta banget. Karena di wilayah ini ada
pantai yang ketemu sama lahan persawahan dan keliatan banget cantiknya kalau
lagi terang menderang. Cuman ya sejak tahun berapa gitu, gara-gara baca tentang
Sisi Gelap Pulau Dewata-nya Geoffrey
Robinson dan Pengakuan Algojo 1965-nya Tempo Publishing, gue jadi agak-agak
jiper juga sih denger kata Djembrana. Katanya ada salah satu pantai di
Djembrana yang jadi lokasi tempat pembunuhan simpatisan PKI jaman dulu. Duhh..
ini semacam kecantikan berbalut luka ya. Rasanya tuh antara kagum atas
kecantikan Djembrana, juga kasihan tapi juga ngeri setelah baca cerita-cerita
tentangnya. Yah, semoga arwah mereka yang terbunuh mendapat tempat yang baik.
Siapapun dia dulu, tetap aja sama ama gue. Manusia juga. Iya kan.
Selesai melintas di Djembrana, dekat wilayah Gilimanuk gue dapat teman
seperjalanan. Seorang ibu muda bernama Ibu Ari dengan anaknya yang masih 3
tahun namanya Galuh. Mereka pengen ke Muara
Enim di Sumatera Selatan sana. Trayek paling jauh buat wilayah sumatera. Beuh
perjalanan mereka dua kali lipat dari gue Boo.. gue gak tahu dah gimana
rasanya. Kata dia, pas berangkat kemarin 2 hari 2 malam baru nyampe Bali dari
Muara Enim. Mashaallah...jauh ya.
![]() |
Dari bus Lorena DPS-JKT, Bali, Indonesia ( Foto: Rike) |
![]() |
Dari bus Lorena DPS-JKT, Bali, Indonesia ( Foto: Rike) |
Tadinya bus kosong aka gak terlalu penuh tapi makin lama bus juga ada
penumpangnya. Dan yang nyebelin adalah kan ada smoking roomnya di belakang, pas
pintunya di buka kadang asap rokoknya ikut masuk ke ruangan non smoking ac dan
jadinya ikutan bau asap rokok deh. Coba kalau bus lorena non smoking semua
pasti nyaman deh. Gapapa gue kegencet-gencet asal gak bau rokok. Sungguh gak
nyaman perjalanan dengan ada smoking room gitu. Untung gue dan Ibu Ari dan
Galuh masih tabah sepanjang jalan.
Di Kapal menuju ke pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur itu lumayan
lah agak sedikit lega karena bisa nafas lebih bebas asap rokok walau tetep ada
aja yang ngerokok. Heran apa sih enaknya coba. Dari Gilimanuk semua terasa
perlahan, lancar aja. Kata Bu Ari, paling nyampe Ketapang cuman 10 menit. Kagak
tahunya kita ketahan di aer laut selat Bali menuju Ketapang selama 50 menit
eaaa.. apa gerangan. Angin kenceng pas deket pelabuhan Ketapang. Kayak berasa
ada ombak goyang-goyang gitu. Ampir aja gue muntah tapi gue berusaha bertahan.
Kapal juga sempat berasa goyang kenceng. Baru dah beberapa menit kemudian masuk
sandar di pelabuhan Ketapang. Akhirnya. Nyampe daratannnn alhamdulillah nginjek
pulau jawa lagi. Begitu kapal sandar, kita langsung disuruh masuk lagi ke dalam
bus karena bus bakal lanjut perjalanan.
![]() |
Haha jari gue gede banget ya ( Foto: Rike) |
![]() |
Jari gue lebih gede dari kapal ( Foto: Rike) |
Di sekitar Ketapang, kembali bus ambil muatan dan barang titipan. Terus deh
lanjut.Kita lewat Situbondo. Yipiee.. gue lewat T12. Tempat latihan tempurnya
pasukan Marinir yang ada di Situbondo. Itu tempat bagus banget kalau pas sunset
sumpah. Cuman untuk masuk kesana kayaknya perlu izin deh, kebetulan gue kesitu waktu itu karena ada kerjaan jadi translator jadi bisa masuk ke T12 ini. Makasi ya Pak-Bapak TNI. Trus bus juga lewat Karang Tekok cuman gak sempat foto. Tapi gue sendiri udah
lapor ke Pak Agus Marinir yang lagi ada di negeri antah berantah di pedalaman
Afrika sono itu, bahwa gue lewat tempat tinggalnya. Gue kabarin juga beliau
lewat wa.” Pak, saya disini lewatin T12
ama karang tekok. Hehehe...“
Diesye minta gue mampir ke Karang Tekok. Lah gimana mampirnya? wong gue
nge-bus ntar ditinggal bus gimana pulangnya coba. Trus di Karang Tekok ada
siapa aja? Kalau pada lagi tugas, ntar gue cengok sendirian. Mosok gue mau
nongkrong bareng meriam yang ada didepan. Kalau disangka meriam belina mah enak
kalau ntar disangka orgil gimana? disangka ngapain ini orang iseng banget?
Nemenin meriam depan kompleks puslatpur. Kan kagak lucu ituh.
![]() |
Tengah laut, Selat Bali ( Foto: Rike) |
![]() |
Tengah laut, Selat Bali ( Foto: Rike) |
![]() |
Tengah laut, Selat Bali ( Foto: Rike) |
![]() |
Tengah laut, Selat Bali ( Foto: Rike) |
Jadi yah, cukup dah gue kirim foto aja. Udah melintasin Karang Tekok dan
Asem Bagus. Gue juga ngeliat wisma keris samudera masih disitu deket asem bagus
hehe.. cuman sekarang asem bagus lebih keliatan kerenan dah. Ada taman kotanya gitu depan pintu masuk ke
pusat latihan tempurnya. Kita sempat makan siang di Pasir putih. Ohya, gue juga
sempat dapat cemilan roti dan air minum pas pagi. Usai makan gue tidur lagi .
Badan abis makan kenapa lemes banget, kagak tahu dah. Abis lewat Paiton dan
beberapa pantai di pinggiran Jawa Timur, gue pun terkulai lemas di bangku 2A
samping jendela. Sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Mana si supir bus
lihai bawanya, rasanya kayak diayun ama ayunan kanan kiri eaaa.
Di sekitar Probolinggo juga ada yang naik penumpangnya, dan pas nenggok ke
bagian belakang ternyata udah banyak banget orang di belakang gue. Gue pun
cuman bisa kembali bobo setelah itu baru sadar lagi deket magrib. Mobil sempat
kehujanan di beberapa tempat menuju ke Tuban. Di Tuban kita sempat makan malam
yang lumayan larut juga. Terus bus melanjutkan perjalanan. Dan pagi-pagi subuh
kita udah ngelewatin Jawa Timur masuk ke Jawa Tengah. Bus juga lewatin Batang
dan Pekalongan di pagi hari. Terus ngelewatin Pemalang, Brebes, Cirebon. Kita
gak pakai makan pagi tapi kita dapat makan siang di Indramayu.
![]() |
Selat Bali ( Foto: Rike) |
![]() |
Dari dalam bus Lorena DPS-JKT ( Foto: Rike) |
Semua terasa baik-baik saja sampai di Indramayu. Cuman gue denger dari
salah satu penumpang kalau bus ini bakal membawa gue ke Pulo Gebang. Nah, di
Indramayu inilah gue nanya kenek bus, apakah kita bakal turun di Pool Lorena jalan
R.A Kartini, Cilandak ealah ternyata bus ini bener ke Pulo Gebang yang jaraknya
lumayan dari rumah gue dan gak bakalan ke Cilandak. Lah gue pan pengen naeknya
yang ke Cilandak, atas saran Pak Kenek gue pun dipindahkan dari bus Lorena
tujuan DPS-JKT ke Banyuwangi - Bandar Lampung. Gue pun berpisah dengan Ibu Ari
dan Galuh anaknya yang akan melanjutkan perjalanan ke Muara Enim, Sumatera
Selatan.
Eh, di dalam perjalanan di bus Banyuwangi – Bandar Lampung, ketemulah gue
numpang duduklah di samping seorang bapak tua. Gue pikir nih bapak udah tua dan
mukanya sih berwibawa. Gue pikir gue bakalan aman-aman aja. Awalnya sih nanya
mau kemana, darimana, dan remah-remahnya deh. Dosq dari Banyuwangi mau ke
Slipi. Cuman nih bapak rada-rada juga.
Tangannya ramah banget aka rajin menjamah. Tangannya sering banget nyentuh-nyentuh ke deket paha gue, gue jadi gak nyaman. Makin deket Jakarta, tangannya makin
sering berada di deket paha (ada kali sekitar 6-8 kali). Gue pun kesel, dan pindah ke belakang. Gue duduk
aja mas-mas yang duduk di deket jendela. Bodo amat dah. Si bapak aneh itu pun
mencoba menenggok-nenggokin kepalanya kemana gue pindahan duduk. Ah, sapi.
![]() |
Dari bus Lorena DPS-JKT ( Foto: Rike) |
![]() |
Dari bus Lorena DPS-JKT ( Foto: Rike) |
![]() |
Dari bus Lorena DPS-JKT ( Foto: Rike) |
Untung si mas-nya baik, gue boleh duduk di samping dia. Pas si mas itu ngerokok
di ruang merokok, tiba-tiba ada sekeluarga yang juga pindah duduk di deket gue
dan mendudukan anaknya di samping gue. Alhamdulillah pikir gue. Mending gue
duduk sama anak kecil dah, dari pada sama bapak-bapak aneh yang tangannya
geratakan minta di guntingin kukunya pake tang kayaknya nih bapak. Atau minta di banting bolak balik kayak adonan
donat.
Pesen gue nih, kalau jadi solo traveller kayak gue, kalau dapat duduk sama
orang yang wajahnya doang keliatannya berwibawa tapi isi otaknya kayak pasar
becek, aka pelaku pelecehan mending pindah duduk segera!!! Bikin gerakan, daripada
perjalanan lo jadi nambah gak menyenangkan. Hargai diri lo. Kalau udah gak
nyaman, jangan takut untuk bertindak pindah, jangan takut tereak “TIDAK”!!! Syukur-syukur
kalau lo bisa menguasai salah satu jenis bela diri. Kayak karate, pencak silat, taekwondo atau apapun deh. Itu lebih baik. Minimal bisa jadi yang jagain kita selama di perjalanan.
![]() |
Hutan jati meranggas menuju Situbondo ( Foto: Rike) |
![]() |
Ada T12 yang cantik di belakang sana ( Foto: Rike) |
![]() |
Ada T12 yang cantik di belakang sana ( Foto: Rike) |
![]() |
Ada T12 yang cantik di belakang sana ( Foto: Rike) |
Soalnya yang begini naek apapun lo..mau lo naik bus, kereta, pesawat sampai
kapal selam sekalipun dalam perjalanan pasti ada. Sosok pemanfaat gila selama
dalam perjalanan. Itu selalu ada. Namanya juga hidup. Tapi sepanjang lo bisa
mengatasinya dan selalu percaya Tuhan tidak tidur dan beserta lo selalu, yang
begini mah cuman seupilnya dunia aja. Gak berhak dia melumpuhkan kenikmatan
perjalanan yang lo catat dalam petualangan yang lo buat. Gitu ya.
Oh iya sih, nih bus lewatnya Cilandak. Cuman nyampe di sekitar Cilandak aja
udah sore bingitz. Magrib lewat lah. Gue pun memutuskan untuk turun di pom
bensin fatmawati, Cilandak. Soalnya kan ini bus isi bensin dulu, sementara gue
butuh nyampe ke rumah. Badan udah gatel
pengen bersih-bersih. 1 hari 1 malam di jalan itu kayak semua jamur
nempel disekujur tubuh LOL.
![]() |
Ada T12 yang cantik di belakang sana ( Foto: Rike) |
![]() |
Ada T12 yang cantik di belakang sana ( Foto: Rike) |
![]() |
Lewat sini lagi deh ( Foto: Rike) |
Akhirnya gue nyampe juga di rumah sekitaran pukul 19:30’an deh. Selesai deh
perjalanan gue CGK-DPS-JKT. 7 hari sudah meninggalkan rumah tak terasa. Perjalanan
bertemu dengan banyak orang, banyak cerita yang bakal jadi satu bungkus
pengalaman dalam hidup gue. Terima kasih untuk kebaikan di perjalanan dan
apapun yang telah terjadi selama di perjalanan kemarin.
Satu kata aja. Alhamdulillah. Gue akhirnya selamat nyampe rumah juga.
Nah, sekarang sudah selesai ya.
#Bali #JawaTimur #JawaTengah #JawaBarat #Jakarta #Indonesia
Nice Info Gan http://pesan-iseng.blogspot.com/
ReplyDeleteHalloo Mas Tedi. Terima kasih sudah mampir
DeleteSeru ya cerita pengalaman belajar BIPA di Bali ...
ReplyDeleteMulai dari cerita perjalanan darat, perjalanan saat nyebrang laut juga cerita ulah wisatawan-wisatawan asing di hotel :)
Iya mas. Banyak banget yang bisa dipetik dari pengalaman jalan ke Bali kali ini. Makasi sudah mampir.
DeleteSami-sami, kak Rike :)
Deleteya mas him
Delete