Sayang Papa Achmad Dadang Kafrawi:)
Aku tidak peduli orang membuat kata apapun pada bapakku karena ingatanku masih ada disana tentang dia. Malam-malam di kala panas suhu tubuhku naik dan ia membuka bajunya dan menempelkan aku yang sakit di punggungnya sampai suhu tubuhku turun. Mendandani rupanya yang sungguh lelaki menjadi seorang perempuan berkuncir penuh bedak dan kami tertawa-tawa melihatnya melucu. Soal-soal matematika kelas 3-6 yang makin sulit dan hanya dapat dijawab dengan caranya, di pagi hari sebelum berangkat bekerja. Pulang kantor kami sambut bukan karena dia datang tapi karena dia membawa harian bergambar khusus anak di poskota. Lalu kami tinggalkan ia yang letih sampai di rumah dan asik membaca harian itu bergantian. Ingat sholat berjamaah bersama, memakai bajunya yang kebesaran untuk kami, Naik angkot bersama ke rumah kakek Mobil dinasnya yang oranye itu yang tak perlu ac karena angin masuk melalui bolong-bolong di dinding badan mobil dan bila aku tertidur di mobil dia angkat ke kamar. Suatu hari